Monday, November 03, 2008

Sudah saatnya

Batu sandungan itu telah membenturku sejak awal. Hal yang telah kusadari dan pahami. Aku yang bebal dan tidak ingin menyerah hanya memandang batu itu sebagai tempaan yang akan mematangkan langkahku ke depan. 'Sukses adalah ketika ada hambatan maka kita mampu bangkit kembali', begitu pikirku. Karenanya sejak awal.. aku tidak mengindahkan adanya sandungan itu dan terus berjalan dan mencari cara yang lebih baik.

Namun kesabaran ada batasnya. Ketika rintangan dan cobaan terus datang dengan wujud yang lebih besar dan semakin besar, aku sempat terhenyak dan bersedih. Bukan karena putus asa, namun terasa sakit dan lelah. Walau semangat berjuang tidak pernah luntur, kekuatan tubuh ini ada batasnya, begitu pula dengan kesabaran. Aku butuh jeda untuk berpikir dan mengumpulkan kekuatan kembali. Otak berpikir keras. Mata terbelalak dan awas. Telinga menjadi lebar dan tajam. Hati pun penuh zikir dan harap. Rasanya seluruh indera bahu membahu mendukungku. Hingga pada suatu saat pertolongan Allah datang. Saat itulah aku mengerti tentang harapan. Jangan pernah menyerah pada nasib. Selagi tubuh dan pikiran masih sehat, manfaatkan potensi itu untuk berusaha.

Kini aku kembali dihadapkan oleh takdir yang kian rumit. Setelah Allah melapangkan jalan, takdir lain memberi ujian. Apakah benar itu ujian? Aku yang lemah dan daif ini hanya dapat menghibur diri dengan anggapan serupa. Ujian yang begitu besar dan teramat besar yang entah maknanya seperti apa. Ataukah sandungan itu peringatan? Aku hanya dapat mengelus dada, meneteskan air mata, dan terpekur di atas sajadah. Serasa jalan telah buntu dan tak ada lagi kesempatan untuk maju mewujudkan impian. Ingin teriak dan marah, namun kusadar dan seketika malu lalu berpikir. Rejeki itu hanya pinjaman. Kita hanya manusia, tidak tahu kapan datang dan perginya. Saat terbentur, Allah membiarkanku meminta, dan Ia memberi. Saat ini Allah mengambilnya kembali pun agar aku benar-benar paham bahwa dunia ini fana. Untuk memberiku pemahaman tentang mujahid yang tulus dan ikhlas.

Sudah saatnya. Sudah saatnya aku mengais permata hikmah. Sudah saatnya aku berdiri tegar dan ikhlas. Sudah saatnya aku mengumpulkan makna-makna berserak yang terjalin sepanjang jalan perjuanganku. Karena dari bulir-bulir ikhtiar mengandung sejumlah kesuksesan. Menganyamnya menjadi wadah yang kokoh untuk mendulang butir-butir kesuksesan selanjutnya. Karena pengalaman tidaklah pernah sia-sia. Aku akan kembali bergerak dan berjuang. Hanya mencari rahmat dan rildo-Nya. Biarlah impian itu berlalu. Aku akan menyongsong masa yang panjang terbentang di hadapan. Karena aku yakin Allah telah mempersiapkan sesuatu yang terbaik dan membahagiakanku. Ialah Maha Mengabulkan doa, dan Ia Maha Menepati janji.

Wallahu 'alam bissawab.

2 comments:

Anonymous said...

Tulisan yang sangat menarik sekali...alur bahasa yang indah, tentang kehidupan....
Salam dari jauh.

Frida said...

U/ michael: ma kasih banget atas commentnya sahabat. Semoga bermanfaat