Tuesday, September 16, 2008

Komunikasi dengan kekurangan diri

Masihkah seseorang takut berkomunikasi dengan kekurangan dirinya? Mungkin. Mungkin karena takut kehilangan percaya diri, menjadi lebih rendah diri, malu pada diri sendiri, menyesali diri, bahkan menimbulkan kebencian pada diri sendiri. Benarkah? Kekurangan diri memang bisa merugikan diri di saat seseorang tak mampu berkomunikasi dengannya dengan baik. Hanya membiarkan ketakutan menguasai hingga yang terjadi persis seperti yang dipikirkan. Padahal dalam hal ini kekurangan bukan momok melainkan pikiranlah yang momok.

Aku salut pada orang yang mampu mengubah kekurangan dirinya menjadi kelebihan. Kurasa karena orang itu diliputi unsur-unsur positif seperti ikhlas, motivasi, terbuka, lapang dada, dan keyakinan. Katakutan-ketakutan di atas jauh dari dirinya. Yang mereka inginkan adalah bagaimana kekurangan itu tidak menghalangi langkah-langkah majunya, maka apa yang ia miliki semuanya adalah potensi yang membangun, energi positif.

Lalu, bagaimana cara berkomunikasi dengan kekurangan diri agar menemukan kelebihan-kelebihan baru? PR besar untuk setiap pribadi yang ingin berubah. Jika aku cukup capable berinteraksi dengan kekurangan diri yang kumiliki, mungkin langkah awal yang kulakukan adalah:
- Jujur pada diri sendiri
- Syukur nikmat
- mencari tahu seberapa jauhkah kekurangan itu mempengaruhi diri
- pikirkan langkah-langkah inovatif untuk mengantisipasi pengaruh tersebut
- jaga kedisiplinan

Kalau ada ide baru catat disini.
Cintanya Sahabat

"Ya Allah. Jadikanlah kami sahabat...yang

Saling cinta di kala dekat
Saling menjaga di kala jauh
Saling menghibur di kala duka
Saling mendoakan dalam kebaikan
dan...
Saling menyempurnakan dalam ibadah
Amin. "

Demikianlah sms yang dikirim oleh seorang kawan saat subuh hari kemarin. Seketika itu juga setelah membacanya, aku pun berujar 'Amin..'
Begitu indah doa itu. Kurasa juga lahir dari hati yang bersih nan cantik. Niat yang tulus, dan telah ia mulai dengan ikhtiar yang baik. Sederhana, tapi sungguh semakin meresapinya membuatku merinding, hati bergetar. Takut tapi sekaligus bahagia.
Takut saat kusangsi betapa jauh diriku dari kepribadian yang ia tuntut. Namun bahagia saat menyadari hadirnya sahabat yang sejatinya tengah bersiap memulai hubungan baik dengan ridlo Allah Ta'ala. Mengapa aku sulit bersyukur? Seharusnya tidaklah perlu prasangka. Cukuplah memulai dari cinta yang tulus... ketakutan dan keraguan akan tersingkir jauh.
Wahai sahabat, mari tenggelam dalam cinta. Sebarkan cinta seperti cintanya Sahabat kepada para Sahabat, cintanya Sahabat kepada Rasulullah saw, dan cintanya Rasulullah terhadap umatnya. Yang menjadikan cinta hamba kepada Rabnya lebih kukuh. Hingga kita sejuk dalam Ridlo-Nya.