Tuesday, November 29, 2011

Hening


Kini ia merasa sendiri.. dalam kesendirian yang nyata. Mungkinkah untuk menghayati sesuatu?  Jika ia lekas pintar dan kemudian bisa memetik makna yang berarti untuk terus hidup, kesendirian ini benar berguna.

Telah banyak tinta, seperti darah dan air mata. Segala lekat pada benak. Menjadi sejarah. Tentang cinta, pengabdian, pengorbanan.  Dalam debar dan rasa, begitu setia dengan sederhana, ia menerima dan menghayati cinta. Ia punya mimpi – yang sering ia bisikkan pada cinta. Tentang kesungguhannya pada keabadian cinta yang ia kira. Ia mencoba dewasa menjalani cinta. Mungkinkah rasa yang tak bertaut, ataukah tak cukup pijakan yang kuat..

Mereka bilang, "Jangan berhenti berjuang ketika masih dapat berbuat". "Jangan matikan cinta ketika rasa masih bergelora". Ia tercenung, betapa butuh bijaksananya melalui semua itu. Sementara realita bekerja tanpa dapat dicegah. Ia dipaksa berhenti, menghormati pilihan-pilihan dan menjinakkan harapan. Mungkin selain menghayati cinta, ia juga harus belajar lebih banyak tentang kemanusiaan. Segala bermakna. Rasa yang mendamaikan, juga sepatutnya lebih mendewasakan. Harapan yang tak sampai bukanlah akhir kehidupan.

Meski tak habis cintanya.. ia harus ikhlas bahwa di dunia ini semuanya bertepi. Ia hanya berupaya santun pada takdir. Sambil mengambil langkah untuk membangun pijakan-pijakan yang lebih kokoh, yang mungkin akan lebih berguna untuk suatu saat. Dalam heningnya di kesendirian.. dari letup hati, makna-makna bermekaran. Mungkin benar ia membutuhkan kesendirian ini, berharap menjadi bijaksana ketika harapan-harapan dihadapkan.


Wednesday, November 16, 2011



pekat..
di pusaran waktu..
kesedihan yang larut..
hanya rasa sayang, penentram gulana