Terbuka dan mencintai,..begitu ia menerimanya. Ia mencintai dengan kepolosan jiwanya. Apakah kepolosan selalu "bodoh"..? Dan benar, dalam beberapa hal ia tak selalu benar.
Maka kemudian ia bercita-cita besar. semua demi cintanya yang mulai berarti. Lalu dimulainya sebuah pergulatan.. juga pendekatan kepada hal-hal baik, yang dulu terlupakan, diabaikan, terkangkangi. Ia sadar tentang sesuatu yang perlu diluruskan dan kebersamaan yang damai untuk diwujudkan.
Namun, ruang seketika sepi membisu. Segalanya telah terlanjur tak dipercaya. "Kehilangan" tak ayal demikian pahit.
Ia kini hanya dapat menyaksikan alam. Cintanya dirasakan, walau tak dapat digenggam atau dimiliki.